Rabu, 22 Februari 2012

Rindu Kasih Ayah dan Bunda


Di sekitaran pemantang sawah yang tergelar hijau indah dedaunan padi yang mulai akan menguning. Dalam alamnya yang masihlah nampak asri dan permai dengan keramahan masyarakatnya itu, di sudutnya ada sebuah bilik indah yang bercahaya cerah  dengan pancaran senyum yang merekah dari para pesinggah di sana.
Gadis mungil dengan jilbabnya yang anggun, pangeran kecil dengan kopiah dan sarungya itu, menjadi  semakin indahnya pemandangan yang ada di sudut desa itu. Meski nampak terbelakang secara ekonomi, nampaknya kesantunan masyarakatnya menambah nilai luhr dusun tersebut.

Di sana, sang gadis kecil dan pangeran kecil itu, kudapati terkadang menangis, meratap rindu kepada ayah dan bundanya yang telah dahulu menghadap kepada sang Maha Kasih. Betapa mereka dahaga akan rindu sosok ayah dan bunda, terlebih bagi mereka yang ayah ibundanya entah kemana.
Secuil cinta, setitik kasih begitu mereka butuhkan dalam masa kembang itu. Dalam masa yang sangat dibutuhkan kasih mereka untuk menunjang masa depan mereka.
Namun betapa tegarnya si gadis mungil dan pangeran kecil itu, dalam gelayut rindunya yang teramat sabgat kepada ayah dan bundanya, masih dapat mereka melukis indah senyum di bibir mereka. Dalam asuh asih yang mengasihi mereka, yang setiasa membimbing dengan sabar, mereka bangkit.
Sungguh, dalam rindu kasih ayah bundanya, mereka belajar untuk tegar dalam langkah gontai kecilnya menyambut hari esoknya. Betapa tidak, mereka belajar melawan rasa rindu, berusaha keras taat dengan lantunan do’a-do’a sebagai tanda baktinya meski tiada disisinya.
Rindu, rindu, dan rindu belai kasih dan sayang itu, semogalah rindu mereka sentiasa terobati dengan kasih kasih yang lain, meskipun tiada bandingnya kasih ayah dan bunda dibandingkan kasih-kasih yang lain itu. Semoga selalu mereka dalam naungan kasih Tuhan dan selalu tegar dalam hidupnya. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Translator

Total Tayangan Halaman